Sabtu, 28 Juli 2012

HMI dan Perubahan Sosial

Pada dasarnya masyarakat pasti akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkan keadaan masyarakat pada masa sebelumnya dengan keadaan masyarakat pada masa sekarang. Perubahan yang terjadi pada masyarakat adalah proses terus-menerus, karena masyarakat bersifat dinamis.

Berbicara tentang perubahan, tentu ada yang melandasi mengapa harus ada perubahan. Yang menjadi landasan pertama adalah kondisi masyarakat saat ini sangat jauh dari ideal. Moral masyarakat masih cukup jauh dari Islam. Sebagai contohnya, banyak terjadi korupsi dan pergaulan bebas. Yang kedua yaitu, perubahan adalah suatu keniscayaan atau sunnatullah. Artinya, suka atau tidak, kita akan menemui perubahan. Yang ketiga, melakukan perubahan adalah perintah di dalam ajaran Islam. Rasulullah bersabda bahwa orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang hari ini sama dengan kemarin berarti rugi dan orang yang lebih buruk dari kemarin adalah celaka. Hal ini menunjukkan bahwa manusia harus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dari masa lalu agar tidak menjadi orang yang merugi lagi celaka. 

Dalam perubahan sosial, kita akan menemukan faktor-faktor yang yang menimbulkan perubahan sosial; agen-agen perubahan sosial (agents of social change); berapa lama perubahan sosial itu terjadi (durasi sebuah perubahan sosial); juga dampak dari perubahan sosial itu. 

Perubahan sosial ini dapat terjadi dalam hampir semua bidang kehidupan. Perubahan-perubahansosial itu disebabkan berbagai faktor, baik yang ada dalam kehidupan internal bangsa maupun karena sebab-sebab eksternal. Dalam prakteknya, perubahan sosial dapat terjadi sangat lambat maupun sangat cepat. Hal ini tergantung pada faktor-faktor yang menunjang perubahan sosial dalam masyarakat tersebut, yaitu faktor pendukung maupun faktor penghambatnya. 

Perubahan sosial ada yang terjadi secara terus-menerus tetapi perlahan-lahan tanpa kita rencanakan disebut unplanned social change (perubahan sosial yang tak terencana). Umumnya, perubahan sosial yang demikian disebabkan oleh perubahan dalam bidang teknologi atau globalisasi. Ada juga perubahan sosial yang kita rencanakan, kita desain, dan kita tetapkan tujuan dan strateginya. Inilah perubahan sosial yang kita sebut planned social change (perubahan social yang terencana atau rekayasa sosial). Namun, apapun itu terencana atau tidak. Perubahan akan selalu terjadi dari waktu ke waktu walau sekecil apapun. 

Ada banyak teori mengenai sebab musabab terjadinya perubahan sosial. Ada yang berpendapat bahwa masyarakat berubah karena ideas: pandangan hidup, pandangan dunia, dan nilai-nilai. Menurut para penganut pendapat ini, penyebab utama perubahan adalah ideas. Max Weber adalah salah satu penganut pendapat serupa. Ia banyak menekankan betapa berpengaruhnya ide terhadap suatu masyarakat. Juga dikatakan bahwa tesis utama dari Weberianisme adalah pengakuan terhadap peranan besar ideologi sebagai variabel independen bagi perkembangan masyarakat. 

Sudah tentu, strategi perubahan sosial sangat bergantung pada apa yang kita anggap sebagai sebab-, musabab terjadinya perubahan. Para nabi, umpamanya pertama-tama datang dengan mengubah pandangan dunia individu atau masyarakat. Ketika Al-Qur’an datang, ia mengubah dan memperkaya makna idiom-idiom yang sebelumnya sudah ada. Sebagai contoh, kata taqwa adalah sebuah idiom yang sudah ada pada masyarakat Arab pra-Islam. Tetapi, sebelum Islam tiba, maka taqwa tidak lebih dari takut. Setelah datang Al-Qur’an, idiom taqwa ini diberi makna yang lebih kaya. Itu artinya Al-Qur’an melakukan perubahan sosial lewat ideas. Al-Qur’an memang menaruh perhatian yang besar pada perubahan atau pembaruan ideas. Malah, Allah memperingatkan jangan sampai orang-orang kafir menyebabkan berubahnya pandangan atau ideas umat Islam. Kedua, perubahan sosial terjadi karena munculnya seorang tokoh atau pahlawan yang dapat menarik simpati para pengikutnya yang setia. Kemudian, bersama-sama dengan para simpatisan itu, sang pahlawan melancarkan gerakan untuk mengubah masyarakat. Ketiga, perubahan sosial bisa terjadi karena munculnya social movement (gerakan sosial). Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), walaupun kecil, termasuk gerakan sosial. 

Kemudian, akan muncul pertanyaan siapakah yang akan menjadi penggerak perubahan sosial ini. Mengingat bahwa mahasiswa merupakan agent of social change atau agen perubahan. Berarti mahasiswa memiliki potensi yang besar sebagai pelaku perubahan. Mahasiswa adalah pemuda yang memiliki kemampuan intelektual, kemampuan logis dalam berfikir serta memiliki karakter idealis dan energik. Dan mahasiswa sebagai pemuda harus berperan sebagai generasi penerus untuk meneruskan nilai-nilai yang ada pada suatu kaum.Kemudian sebagai generasi pengganti untuk menggantikan kaum yang memang sudah rusak dengan karakter mencintai dan dicintai Allah, lemah lembut kepada kaum mukmin, tegas kepada kaum kafir, dan tidak takut celaan orang yang mencela. Dan sebagai generasi pembaharu untuk memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang ada pada suatu kaum. 

Dan mengapa harus saya, kita, mahasiswa yang melakukan perubahan? Karena kita adalah orang-orang terpilih. Allah berfirman dalam surat Ar Ra’d : 11, 

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
Seharusnya tidak kemudian lepas tangan, yang artinya membiarkan perubahan berjalan ke arah yang tidak kita kehendaki. Dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Al Hakim, Rasulullah mengingatkan kita untuk mempergunakan lima kesempatan yang diantaranya adalah mas muda sebelum datangnya tua. Kesadaran bahwa kita harus menjadi agen perubahan merupakan langkah awal yang kemudian harus dibarengi dengan pemahaman bagaimana cara melakukan perubahan atau ke arah mana perubahan itu kita arahkan. Di dalam surat Ali Imran : 104 Allah berfirman,

“Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Ini berarti bahwa perubahan itu harus dilakukan ke arah kebaikan.

HMI memiliki para kader yang tentunya adalah mahasiswa yang bernafaskan Islam yang kualitas kader-kader tersebut dirumuskan dalam tafsir tujuan HMI. Oleh karena itu, perkaderan diarahkan kepada perwujudan kualitas insan cita yakni dalam pribadi yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan kerja-kerja kemanusiaan sebagai amal saleh. Dengan pembentukan kualitas yang dimaksud, maka kader HMI harus mampu berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan berjuang bersama-sama dalam mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.


HMI dan Masyarakat


Jadi, seyogyanya HMI hadir melakukan perubahan dan pembaharuan di tengah masyarakat sebagaimana yang termaktub dalam tujuan HMI. Masa depan HMI ada di tulang punggung kader, dan sebuah perubahan tidak akan pernah bisa ditolak. Maka, kader-kader HMI sejatinya sudah dibekali dengan semangat dan visi insan pencipta dan pengabdi. Jadi wajib hukumnya bagi kader HMI untuk ikut serta menentukan nasib bangsa ini. 

Kader HMI harus mampu membawa dan menjadi penggerak perubahan ke arah kebaikan. Arah kebaikan yang dimaksud adalah Islam dan tauhid. Sehingga sebagai tujuan jangka panjang adalah terbentuknya masyarakat dan pemerintahan yang islami yang lingkupnya tidak hanya Indonesia namun dunia. 

Namun, kader HMI ini harus mengetahui bahwa tidak mungkin melakukan perubahan sosial tanpa upaya pelurusan kesalahan berpikir. Mustahil ada perubahan ke arah yang benar kalau kesalahan berpikir masih menjebak benak kita. Dan acapkali terjadi kesalahan-kesalahan berpikir saat kita merencanakan perubahan sosial. Dalam membahas masalah sosial, perlu juga kita membicarakan berbagai kesalahan pemikiran dalam memperlakukan masalah sosial. Oleh para ilmuwan, kesalahan seperti ini biasa disebut dengan intellectual cul-de-sac; suatu istilah dalam bahasa Perancis untuk menunjukkan kebuntuan pemikiran, yang terjadi akibat penggunaan logika yang tidak benar. Dan mitos yaitu sesuatu yang tidak benar tetapi dipercayai oleh banyak orang termasuk oleh para ilmuwan. Dua bentuk kesalahan acapkali menghampiri kita dan membuat pemahaman kita terhadap masalah sosial yang dikritisi menjadi tidak tepat dan pada akhirnya tidak bisa menemukan solusi tepat. Jadi, untuk mewujudkan perubahan sosial terlebih dahulu harus diawali dengan perubahan cara berpikir kader HMI tersebut. 

Untuk dapat melakukan perubahan ada 3 pendekatan, yakni yang pertama dengan mengubah individu sehingga kemudian akan mempengaruhi tatanan sosial, kelompok atau organisasi. Perubahan yang langgeng adalah yang berasal dari pemahaman individu. Yang kedua, dengan mengubah kelompok sehingga perubahan suasana dalam kelompok akan mempengaruhi individu. Dan yang ketiga, menekankan pada perubahan struktur sosial yang kemudian akan menyebar ke seluruh bagian masyarakat. 

Tetapi, orang atau masyarakat bisa saja menolak perubahan apabila perubahan itu diduga/dipersepsi mengancam basic security, perubahan itu tidak dipahami dengan baik dan meliputi berbagai ketidakpastian. 

Namun, dalam melakukan perubahan sosial ini kader HMI perlu ingat akan dua kata kunci. Yaitu pembinaan (perkaderan), melalui perkaderan ini akan memberikan pemahamandan motivasi yang langgeng dalam membawa perubahan sosial. Dan kerja keras dengan beramal, karena kerja keras tanpa beramal dan berusaha akan sia-sia. 

Dunia ini hanya tiga hari, hari yang telah lampau tidak ada apa-apanya, besok yang sedang dinanti tapi masih tanda tanya, apakah engkau bisa sampai atau tidak?, serta hari ini yang sedang kau jalani, maka pergunakanlah kesempatan itu sebaik-baiknya.

Jadi, kader HMI sebagai pengerak perubahan sosial tidaklah menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan perubahan ke arah kebaikan. Nasib bangsa da di tangan mahasiswa. Apalagi HMI adalah yang independen, menempatkan dirinya sebagai kader umat Islam, karena HMI adalah merupakan bagian dari umat Islam Indonesia. Sekaligus sebagai kader bangsa Indonesia secara keseluruhan. Hal ini memperlihatkan bahwa sejak kelahiran HMI mengibarkan wawasan kebangsaan di samping wawasan keIslaman dan wawasan kepemudaan dan kemahasiswaan. Dan hal tersebut HMI harus tau bagaimana bersikap, berbuat, dan bertindak dalam semua dimensi kehidupannya sebagai kader umat dan bangsa. Tekad untuk dapat menjadi kader bangsa hanyalah dapat ditunjukkan apabila kita mampu mengorbankan kepentingan kita untuk kepentingan nasional/bangsa yang lebih besar.

Referensi :
Rekayasa Sosial (Jalaluddin Rakhmat)
Mahasiswa sebagai Agen Perubahan Sosial
HMI Diminta Jadi Motor Perubahan

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...